Rabu, 21 Desember 2011

Landasan pendidikan

BAB I
PENDAHULUAN

1.1.         Latar Belakang
Soaial budaya merupakan bagian hidup manusia yang paling dekat dengan kehidupan sehari-hari. Setiap kegiatan manusia hampir tidak pernah lepas dari unsur sosial budaya. Sebab sebagian terbesar dari kegiatan manusia dilakukan secara kelompok. Pekerjaan di rumah, kantor, diperusahaan, diperkebunan, dibengkil, dan sebagainya, hampir semuanya dikerjakan dan cara mengerjakannya serta bentuk yang diinginkan merupakan unsur dari suatu budaya. Membenahi  kebun misalnya, dikerjakan pembantu dibawah para ibu rumah tangga, bertujuan agar kebun itu bersih dan indah. Ini merupakan suatu budaya. Alat untuk bekerja dan cara mengerjakan dengan baik juga merupakan suatu budaya.
Sosial mengacu kepada hubungan antar individu, antar masyarakat, dan individu denganmasyarakat. Unsur soaial ini merupakan aspek individu secara alami, artinya aspek itu telah ada sejak manusia dilahirkan. Karena itu, aspek sosial melekat pada diri individu yang perlu di kembangkan dalam perjalanan hidup peserta didik agar menjadi matang. Disamping tugas pendidikan mengembangkanspek sosial aspek itu sendiri berperan dalam membantu anak dalam upaya mengembangkan dirinya.Maka segi sosial ini perlu disajikan dalam proses pendidikan.

1.2.         Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, kami dapat menyimpulkan masalah dalam pembuatan makalah ini. Adapun rumusan masalah tersebut, sebagai berikut :
1.            Bagaimana pendapat para ahl itentang pengertian sosial budaya?
2.            Apa tujuan pendidikan sebagai pewaris nilai-nilai?
3.            Apa yang dimaksud hubungan dan sekolah masyarakat?
4.            Masalah-masalah apa saja yang terkait pendidikan dengan persoalan sosial dan budaya?

1.3.         Tujuan
Tujuan penulis dalam membuat makal ini adalah :
1.            Untuk memenuhi tugas yang diberikan.
2.            Untuk mengetahui makna pendidikan.
3.            Untuk mengetahui definisi permasalahn penididikan.
4.            Untuk mengetahui masalah-masalah pendidikan yang terkait sosial budaya. 

BAB II
PEMBAHASAN
Sosial budaya merupakan bagian hidup manusia yang paling dekat dengan kehidupan sehari-hari. Setiap kegiatan manusia hampir tidak pernah lepas dari unsur sosial budaya. Sebab sebagian besar dari kegiatan manusia dilakukan sacara berkelompok.
Sosiologi adalah ilmu yang mempelajari hubungan antara manusia dalam kelompok-kelompok dan struktur sosialnya.
Sosiologi mempunyai ciri-ciri sebagai uraian berikut:
1.            empiris, adalah ciri utama sosiologi sebagai ilmu.
2.            Teoritis, adalah peningkatan fase penciptaan tadi yang menjadi salah satu bentuk budaya yang bisa disimpan dalam waktu lama dan dapat diwariskan kepada generasi muda.
3.            Komulatif, sebagai akibat dari penciptaan terus-menerus sebagai konsekuansi dari terjadinya perubahan dimasyarakat, yang membuat teori-teori itu akan komulasi mengarah kepada teori yang lebih baik.
4.            Nonetis, karena teori itu menceritakan apa adanya tentang masyaraka beserta individu didalamnya, tidak menilai apakah hal itu baik atau buruk.
Pendidikan yang diinginkan oleh aliran kemasyarakatan ini ialah proses pendidikan yang bisa mempertahankan dan menigkatkan keselarasan hidup dalam pergaulan manusia.
Salah satu bagian sosiologi, yang dapat dipandang sebagai sosiologi pendidikan. Wuradji (1988 ) menulis bahwa sosiologi pendidikan meliputi: (1) interaksi guru-siswa, (2) dinamika kelompok dikelas dan diorganisasi intra sekolah, (3) struktur dan sistem pendidikan, dan (4) sistem-sistem masyarakat dan pengaruhnya terhadap pendidikan
Proses sosial dimulai dari interaksi sosial dan dalam proses sosial itu selalu terjadi interaksi sosial. Interaksi dan proses sosial didasari oleh faktor-faktor berikut :
1.            Imitasi
2.            Sugesti
3.            Identifikasi
4.            Simpati
 Dalam proses sosial bisa terjadi karena salah satudari faktor diatas atau gabungan beberapa dari padanya. Imitasi atau peniruan bisa bersifat positif dan bisa pula bersifat negatif.
 Sugesti akan terjadi kalau seorang anak menerima atau tertarik pada pandangan atau sikap orang lain yang beribawa atau berwewenang atau mayoritas. Disekolah yang berwibawa contohnya guru , yang berwewenang misalnya kepala sekolah dan yang  mayoritas misalnya pendapat sebagian besar temanya. 
Seorang anak juga bisa mensosialisasikan diri lewat identifikasi. Ia berusaha atau mencoba menyamakan dirinya dengan orang lain, baik secara sadar maupun dibawah sadar. Identifikasi berasal dari kata identik yang artinya sama.
Simpati adalah faktor terakhir yang membuat anak  mengadakan proses sosial. Simpati akan terjadi manakala seseorang merasa tetarik kepada orang lain. Faktor perasaan memegang peranan penting dalam simpati.
Coleman (1984) menulis bahwa salah satu yang terpenting fungsi sekolah ialah memberikan dan membangkitkan kebutuhan sosial dan reaksi.

Dalam proses sosial terdapat interaksi sosial yaitu suatu hubungan sosial yang dinamis. Interaksi sosial akan terjadi apabila memenuhi dua syarat sebagai berikut :
1. Kontak sosial
2. Komunikasi
HUBUNGAN MASYARAKAT DENGAN SEKOLAH

Istilah “sekolah” disini merupakan sebuah konsep yang luas, yang mencangkup baik lembaga pendidikan formal maupun lembaga pendidikan nonformal. Sedangkan istilah “masyarakat” merupakan konsep yang mengacu pada semua individu, kelompok, lembaga atau organisasi yang berada diluar sekolah sebagai lembaga pendidikan.
Partisipasi yang tinggi dari orang tua murid dalam pendidikan di sekolah merupakan salah satu ciri dari pengelolaan sekolah yang baik, artinya sejauhmana masyarakat dapat diberdayakan dalam proses pendidikan di sekolah adalah indikator terhadap manajemen sekolah yang bersangkutan. Pemberdayaan masyarakat dalam pendidikan ini merupakan sesuatu yang esensial bagi penyelenggaraan sekolah yang baik (Kumars, 1989). Tingkat partisipasi masyarakat dalam proses pendidikan di sekolah ini nampaknya memberikan pengaruh yang besara bagi kemajuan sekolah, kualitas pelayanan pembelajaran di sekolah yang pada akhirnya akan berpengaruh terhadap kemajuan dan prestasi belajar anak-anak di sekolah. Hal ini secara tegas dinyatakan oleh Husen (1988) dalam penelitiannya bahwa siswa dapat belajar banyak karena dirangsang oleh pekerjaan rumah yang diberikan oleh guru dan akan berhasil dengan baik berkat usaha orang tua mereka dalam memberikan dukungan.
Penelitian lain yang memperkuat apa yang dikemukakan di atas dinyatakan oleh Levine & Hagigust, 1988) yang menyatakan bahwa Lingkungan keluarga, cara perlakuan orang tua murid terhadap anaknya sebagai salah satu cara/bentuk partisipasi mereka dalam pendidikan dapat meningkatkan intelektual anak. Partisipasi orang tua ini sangat tergantung pada ciri dan kreatifitas sekolah dalam menggunakan pendekatan kepada mereka. Artinya masyarakat akan berpartisipasi secara optimal terhadap penyelenggaraan pendidikan di sekolah sangat tergantung pada apa dan bagaimana sekolah melakukan pendekatan dalam rangka memberdayakan mereka sebagai mitra penyelenggaraan sekolah yang berkualitas. Hal ini ditegaskan oleh Brownell bahwa pengetahuan masyarakat tentang program merupakan awal dari munculnya perhatian dan dukungan. Oleh sebab itu orang tua/masyarakat yang tidak mendapatkan penjelasan dan informasi dari sekolah tentang apa dan bagaimana mereka dapat membantu sekolah (lebih-lebih di daerah pedesaan) akan cenderung tidak tahu apa yang harus mereka lakukan, bagaimana mereka harus melakukan sesuatu untuk membantu sekolah. Hal tersebut sebagai akibat dari ketidak -mengertian mereka.
Di negara-negara maju, sekolah memang dikreasikan oleh masyarakat, sehingga mutu sekolah menjadi pusat perhatian mereka dan selalu mereka upayakan untuk dipertahankan. Hal ini dapat terjadi karena mereka sudah meyakini bahwa sekolah merupakan cara terbaik dan meyakinkan untuk membina perkembangan dan pertumbuhan anak-anak mereka. Mengingat keyakinan yang tinggi akan kemampuan sekolah dalam pembentukan anak-anak mereka dalam membangun masa depan yang baik tersebut membuat Mereka berpartisipasi secara aktif dan optimal mulai dalam perencanaan, pelaksanaan maupun pengawasan terhadap pengelolaan dan penyelenggaraan sekolah, karena kesadaran yang tinggi dari masyarakat yang bersangkutan. Pentingnya keterlibatan orang tua/masyarakat akan keberhasilan pendidikan ini telah dibuktikan kebenarannya oleh Richard Wolf dalam penelitiannya yang menyimpulkan bahwa terdapat korelasi yang sangat signifikan antara lingkungan keluarga dengan prestasi belajar. Penelitian lain di Indonesia juga telah membuktikan hal yang sama.
Partisipasi yang tinggi tersebut nampaknya belum terjadi di negara berkembang (termasuk Indonesia). Hoyneman dan Loxley menyatakan bahwa di negara berkembang sebagian besar keluarga belum dapat diharapkan untuk lebih banyak membantu dan mengarahkan belajar murid, sehingga murid di negara berkembang sedikit waktu yang digunakan dalam belajar. Hal ini disebabkan banyak masyarakat/orang tua murid belum paham makna mendasar dari peran mereka terhadap pendidikan anak. Bahkan Made Pidarta menyatakan di daerah pedesaan yang tingkat status sosial ekonomi yang rendah, mereka hampir tidak menghiraukan lembaga pendidikan dan mereka menyerahkan sepenuhnya tanggung jawab pendidikan anaknya kepada sekolah.
Pentingnya Membina Hubungan Sekolah dengan Masyarakat
Kalau dianalisis dari pengertian hubungan masyarakat di atas,sedikitnya ada dua kepentingan dalam manajemen pendidikan. pertama, kepentingan sekolah. Kepentingan sekolah dapat dilihat dari pemberian informasi dari pihak sekolah kepada masyarakat,sehingga masyarakat membentuk opini tersendiri terhadap sekolah. Kepentingan lain agar sekolah dapat mengerti berbagai sumber yang ada dalam masyarakat yang dapat didayagunakan untuk kepentingan belajar mengajar dan usaha pendidikan pada umumnya.
Kedua, kepentingan masyarakat. Dilihat dari segi kepentingan masyarakat, maka dapat dikatakan bahwa masyarakat dapat mengambil manfaat dan menyerap hasil-hasil pemikiran dan perkembangan pengetahuan dan teknologi yang berguna bagi masyarakat itu sendiri.
Yang menjadi pertanyaan sekarang adalah: Mengapa Manajemen Pendidikan perlu Menangani Masyarakat (perlu Hubungan Sekolah Dengan Masyarakat), secara optimal baik orang tua murid, stakeholders, tokoh masyarakat maupun institusi yang ada di lingkungan sekolah.. Hanya sistem terbuka yang memiliki megantropy, yaitu suatu usaha yang terus menerus untuk menghalangi kemungkinan terjadinya entropy atau kepunahan. Ini berarti hidup matinya lembaga pendidikan akan sangat tergantung dan ditentukan oleh usaha sekolah itu sendiri, dalam arti sejauhmana dia mampu menjaga dan memelihara komunikasinya dengan masyarakat luas atau dia mau menjadi organisasi terbuka.
Hal ini disebabkan karena sekolah itu tidak mampu membuat hubungan yang baik dan harmonis dengan masyarakat pendukungnya. Dengan berbagai alasan masyarakat tidak mau menyekolahkan anaknya di suatu sekolah, yang akhirnya membuat sekolah itu mati dengan sendirinya. Demikian pula sebaliknya sekolah yang bermutu akan dicari bahkan masyarakat akan membayar dengan biaya mahal asalkan anaknya diterima di sekolah tersebut. Adanya sekolah favorit dan tidak favorit ini nampaknya sangat terkait dengan kemampuan kepala sekolah mengadakan pendekatan dan hubungan dengan para pendukungnya di masyarakat, seperti tokoh masyarakat, tokoh pengusaha, tokoh agama dan tokoh politik atau tokoh kepemerintahan (stakeholders).
Karena itu sejak lama Ki Hajar Dewantara menyatakan bahwa pendidikan itu berlangsung pada tigalingkungan yaitu lingkungan Keluarga, Sekolah dan Masyarakat. Artinya pendidikan tidak akan berhasil kalau ketiga komponen itu tidak saling bekerjasama secara harmonis. Kaufman menyebutkan patner/mitra pendidikan tidak hanya terdiri dari guru dan siswa saja, tetapi juga para orang tua/masyarakat.  Dari uraian di atas jelaslah bahwa lembaga pendidikan bukanlah lembaga yang berdiri sendiri dalam membina pertumbuhan dan perkembangan putra-putra bangsa, melainkan ia merupakan suatu bagian yang tidak terpisahkan dari masyarakat yang luas, dan bersama masyarakat membangun dan meningkatkan segala upaya untuk memajukan sekolah. Hal ini dapat tercipta apabila lembaga pendidikan mau membuka diri dan menjelaskan kepada masyarakat tentang apa dan bagaimana masyarakat dapat berperan dalam upaya membantu sekolah/lembaga pendidikan memajukan dan meningkatkan kualitas penyelenggaraan pendidikan. Sekolah pada hakekatnya melaksanakan dan mempunyai fungsi ganda terhadap masyarakat, yaitu memberi layanan dan sebagai agen pembaharuan bagi masyarakat sekitarnya, yang oleh Stoop disebutnya sebagai fungsi layanan dan fungsi pemimpin (fungsi untuk memajukan masyarakat melalui pembentukan sumber daya manusia yang berkualitas).
Setiap aktivitas pendidikan, apalagi yang bersifat inovatif, seharusnya dikomunikasikan dengan masyarakat khususnya orang tua siswa, agar mereka mengerti mengapa aktivitas tersebut harus dilakukan oleh sekolah dan pada sisi mana mereka dapat berperan membantu sekolah dalam merealisasikan program inovatif tersebut. Dengan hubungan yang harmonis tersebut ada beberapa manfaat pelaksanaan hubungan sekolah dengan masyarakat (School Public Relation) yaitu: Bagi Sekolah/lembaga pendidikan :
Memperbesar dorongan mawas diri, sebab seperti diketahui konsep pendidikan sekarang adalah olehmasyarakat, untuk masyarakat dan dari masyarakat serta mulai berkembangnya impelementasi manajemen berbasis sekolah, maka pengawasan sekolah khususnya kualitas sekolah akan dilakukan baik secara langsung maupun tidak langsung oleh masyarakat antara lain melalui dewan pendidikan dan komite sekolah.
Memudahkan/meringankan beban sekolah dalam memperbaiki serta meningkatkan kualitas penyelenggaraan pendidikan di tingkat sekolah. Hal ini akan tercapai apabila sekolah benar-benar mampu menjadikan masyarakat sebagai mitra dalam pengembangan dan peningkatan sekolah. Masyarakat akan mendukung sepenuhnya serta membantunya apabila sekolah mampu menunjukkan kinerja yang berkualitas.
Memungkinkan upaya peningkatan profesi mengajar guru. Sebab pada dasarnya laboratorium terbaik bagi lembaga pendidikan adalah masyarakatnya sendiri.
Opini masyarakat tentang sekolah akan lebih positif/benar. Opini yang positif akan sangat membantu sekolah dalam mewujudkan segala program dan rencana pengembangan sekolah secara optimal, sebab opini yang baik merupakan modal utama bagi sekolah untuk mendapatkan bantuan dari berbagai pihak.
Masyarakat akan ikut serta memberikan kontrol/koreksi terhadap sekolah, sehingga sekolah akan lebih hati-hati.
Dukungan moral masyarakat akan tumbuh terhadap sekolah sehingga memudahkan mendapatkanbantuan material.
Bagi Masyarakat, dengan adanya hubungan yang harmonis antar sekolah dengan masyarakat maka :
1.            Masyarakat/orang tua murid akan mengerti tentang berbagai hal yang menyangkut penyelenggaraan pendidikan di sekolah
2.            Keinginan dan harapan masyarakat terhadap sekolah akan lebih mudah disampaikan dan direalisasikan oleh pihak sekolah.
3.            Masyarakat akan memiliki kesempatan memberikan saran, usul maupun kritik untuk membantu sekolah menciptakan sekolah yang berkualitas.
HUBUNGAN KEBUDAYAAN DAN KEPENDIDIKAN
Kebudayaan menurut taylor adalah totalitas yang berkompleks yang mencakup pengetahuan, kepercayaan, seni, hukum, moral, adat, dan kemampuan-kemampuan serta kebiasaan-kebiasaan yang diperoleh orang sebagai anggota masyarakat (Imran Manan,1989).
Kebudayaan produk perseorangan ini tidak disetujuai hassan (1983). Ia mengemukakan bahwa kebudayaan adalah keseluruhan hasil hidup masyarakat yang berisi aksi-aksi terhadap san oleh sesama manusaia sebagai anggota masyarakat yang merupakan kepandaian, kepercayaan, kesenian, moral , hukum, adat-istiadat, dan lain-lian kepandaian. Sedangkan Kneller mengatakan kebudayaan adalah cara hidup yang telah dikembangkan oleh anggota-anggota masyarakat (Imran Manan,1989).
Dari ketiga definisi kebudayaan diatas, tampaknya definisi terakhir yang paling tepat sebab mencakup semua cara hidup ditambahkan dengan kehidupan manusia yang diciptakan oleh manusia itu sendiri sebagai warga masyarakat. Namun ada baiknya kalau ciptaan manusia yang bersifat umum itu diklasifikasikan agar mudah mempelajarinya. Hasan(1983) misalnya mengatakan kebudayaan berisi (1) norma-norma, (2) folkways yang mencakup kebiasaan, adat dan tradisi, dan (3) mores. Sementara itu Imran Manan(1989) menunjukan bahwa lima komponen kebudayaan sebagai berikut :
1.            Gagasan
2.            Ideologi
3.            Norma
4.            Teknologi
5.            Benda
Agar menjadi lengkap, perlu ditambahkan beberapa komponen lagi yaitu :
1.            Kesenian
2.            Ilmu
3.            Kepandaian
Kebudayaan dapat dikelompokan menjadi 3 macam, yaitu :
1.            Kebudayaan umum, misalnya kebudayaan indonesia
2.            Kebudayaan daerah, misalnya kebudayaan jawa, bali, sunda , nusa tenggara timur, dan sebaginya.
3.            Kebudayaan populer, suatu kebudayaan yang masa berlakunya rata-rata lebih pendek dari pada kebudayaan terdahulu. Yang termasuk kebudayaan populer misalnya lagu-lagu populer  model film musiman, mode-mode pakaian, dan sebagainya.
Pendidikan adalah enkulturasi (imran manan,1989). Pendididkan adalh suatu proses membuat orang kemasukan budaya, membuat orang berpilaku mengikuti budaya yang memasuki dirinya. Enkulturasi ini terjadi dimana-mana, disetiap tempat hidup seseorang dan setiap waktu. Dari sinilah munculnya pengertian kurikulum yang sangat luas, yaitu semua lingkungan tempat hidup manusia. Sebab dimanapun orang berada disitulah terjadi proses pendidikan, di situ terjadi enkulturasi. Disekolah adalah salah satu tempat terjadinya enkulturasi, tempat-tempat lain adalah keluarga, dalam perkumpulan pemuda, perkumpulan olahraga, kesenian, keagamaan, di tempat-tempat kursus dan latihan, dan sebagainya.
Enkulturasi dapat membuat orang menjadi kaku dalam budaya itu sendiri. Ia hanya mampu berfikir, berkata, dan bertindak sesuai dengan budaya yang dipelajarinya. Hal seperti ini tidak diharapkan pendidikan. Pendidikan tidak ingin membuat manusia menjadi robot budaya A, robot budaya B, budaya C, dan sebagianya. Karena itu strategi dan metode dalm pendidikan perlu disempurnakan untuk menghindari terjadinya robot-robot seperti itu.
Sejak dini anak-anak perlu dididik berfikir kritis. Kemampuan untuk mempertimbangkan secara bebas dikembangkan. Hal ini dapat dilakukan dengan memberi kesempatan mengamati, melaksanakan, menghayati dan menilai kebudayaan itu. Cara ini membuat anak tidak menerima begitu saja suatu kebudayaan melainkan melalui pemahaman dan perasaan dikala berada kandungan budaya itu, yang akhirnya menimbulakan penilaian menerima, merevisi, atau menolak budaya itu. Pendidikan seperti ini membuat anak-anak terbiasa dengan pemikiran yang terbuka dan lentur.
Suatu budaya sesungguhnya merupakan bahan masukan atau pertimbamgan bagi anak dalam mengembangkan dirinya. Ada kalanya bagian budaya akan dipakai terus, ada kalanya diperbaiki, dan ada kalanya dibuang diganti dengan yang baru. Hal ini bergantung kepada pembinaan pendidik, pengaruh lingkungan, dan hasil penilaian anak itu sendiri.
Kini mari kita akhiri uraian tentang budaya dan pendidikan ini, dengan menunjukan sarinya seperti berikut :
1.            Kebudayaan adalah cara hidup dan kehiduapn manusia yang diciptakan manusia itu sendiri sebagai warga masyarakat.
2.            Peradaban adalan kebudayaan yang sudah maju.
3.            Fungsi kebudayaan dalam kehidupan manusia
a.            Penerus keturunan dan pengasuh anak.
b.            Pengembangan kehidupan berekonomi
c.             Transmisi budaya
d.            Meningkatkan imam dan takwa kepada Tuhan Yang Maha Esa.
e.            Pengendalian sosial.
f.             Rekreasi.
4.            Isi kebudayaan adalah :
a.            Gagasan.
b.            Ideologi
c.             Norma.
d.            Teknologi.
e.            Ilmu.
f.             Kesenian.
g.            Kepandaian.
h.            Benda.
5.            Enkulturasi ialah akibat pendidikan yang hanya memasukan kebudayaan tertentu kepada perkembangan anak sehingga ia menjadi kaku, hanya berprilaku sebatas kebudayaan itu saja.
6.            Perubahan kebudayaan disebabkan oleh :
a.            Originasi atau penemuan-penemuan baru.
b.            Difusi atau percampuran budaya baru dengan budaya lama.
c.             Reinterpretasi atau modifikasi kebudayaan agar sesuai dengan keadaan zaman.
7.            Kebudayaan nasional versi Umar Khayam yang mengandung unsur-unsur
a.            Afektif yang jujur, tidak munafik, dan ikhlas
b.            Politik yang demokratis.
c.             Ekonomi yang memberi  hidup dan kehidupan yang layak bagi semua kehidupan lapisan masyarakat
d.            Pendidikan yang demokratis, memberi bekal untuk bekerja dan memajukan ilmu serta teknologi setinggi-tingginya.
e.            Kesenian yang kaya tanpa beban penghalang.
f.             Memberi kesempatan yang laus untuk beragam , toleransi, dan damai satu dengan yang lainnya. 

BAB III 
PENUTUP
•             KESIMPULAN

Sosial mengacu kepada hubungan antar individu, antar masyarakat, dan individu dengan masyarakat. Unsur sosial ini merupakan aspek individu secara alami, artinya aspek itu telah ada sejak manusia dilahirkan. Karena itu, aspek social melekat pada diri individu yang perlu di kembangkan dalam perjalanan hidup peserta didik agar menjadi matang. Disamping tugas pendidikan mengembangkan aspek social aspek itu sendiri berperan dalam membantu anak dalam upaya mengembangkan dirinya

Tidak ada komentar:

Posting Komentar